Puluhan Siswa SMAN 1 Kedungadem Keracunan Makanan Program MBG

hpmyuda13
Img 20251002 141627

Bojonegoro || Data Fakta com – Kasus keracunan massal akibat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menghantui dunia pendidikan di Kabupaten Bojonegoro.

Kali ini, puluhan siswa SMAN 1 Kedungadem mengalami diare setelah menyantap menu nasi kuning pada Rabu (1/10/2025).

Camat Kedungadem, Bayudono Margajelita, membenarkan kejadian tersebut. Ia mengungkapkan, hingga Kamis (2/10/2025), tercatat 90 siswa tidak masuk sekolah karena sakit usai mengonsumsi makanan MBG. Dari jumlah itu, 13 siswa harus mendapat perawatan medis, bahkan 8 di antaranya dirawat inap.

“Info terakhir ada 90 siswa tidak masuk sekolah hari ini. Ada 13 yang dirawat, dan 8 di antaranya rawat inap. Penyebab pasti masih menunggu hasil pemeriksaan tenaga kesehatan di tiap desa,” ujarnya.

Bayudono menambahkan, siswa yang terdampak rata-rata mengalami gejala mual, muntah, hingga diare. Saat ini, pihak Puskesmas Kedungadem bersama tenaga kesehatan Kedungadem, dan sekitarnya tengah melakukan pengecekan menyeluruh terhadap makanan dan penanganan siswa yang sakit.

Berdasarkan keterangan sementara, gejala sakit yang dialami para siswa muncul setelah menyantap menu nasi kuning MBG. Sejumlah korban baru merasakan efeknya beberapa jam kemudian hingga menyebabkan diare massal.

“Efeknya memang bukan langsung hari itu, tapi setelahnya. Dugaan sementara akibat menu nasi kuning MBG,” tambah Camat Kedungadem.

Dinas kesehatan kabupaten Bojonegoro Bu Nanik saat di mintai tangkapnya menyampaikan, Ini masih fokus penanganan korban di puskesmas. Tapi sudah ada tim Dinkes untuk melihat kondisi dan ambil sampel di SPPG.

“Hasil penyelidikan epidemiologi kami akan kmi laporkan ke BGN. Ucapnya.

Terkait tindakan selanjutnya Dinas kesehatan kabupaten Bojonegoro menyerahkan ke pihak BGN yang punya kewenangan “menutup. Pungkasnya.

“Yang punya kewenangan menutup dan menindak lebih lajut itu pihak Badan Gizi Nasional (BGN). Jelasnya.

Baca Juga :  Program Kolam Lele Keluarga (KOLEGA) di Bojonegoro, Langkah Strategis Kurangi Angka Kemiskinan

Kasus ini langsung mendapat sorotan dari Anggota DPRD Bojonegoro, Moch. Choirul Anam. Ia menilai pelaksanaan MBG kurang memperhatikan aspek keamanan dan koordinasi.

“Program ini memang dari pemerintah pusat, tapi mestinya tetap koordinasi dengan pemerintah daerah. Kalau tidak melibatkan daerah, lalu ketika ada kejadian seperti ini siapa yang bertanggung jawab,” tegasnya.

Anam menambahkan, pemerintah harus segera mengevaluasi pelaksanaan MBG di Bojonegoro agar kejadian serupa tidak terus berulang. Menurutnya, program yang seharusnya meningkatkan gizi siswa malah menimbulkan masalah kesehatan.

Hingga berita ini ditayangkan, korban diare akibat dugaan keracunan MBG masih terus berdatangan ke Puskesmas Kedungadem.

Petugas medis berjibaku memberikan perawatan, sementara pihak sekolah dan keluarga korban masih menunggu kepastian hasil uji laboratorium makanan.

Program MBG yang digadang-gadang sebagai solusi peningkatan gizi anak sekolah, kini kembali menuai kritik keras. Alih-alih membawa manfaat, justru muncul pertanyaan besar soal kualitas, pengawasan, dan tanggung jawab dalam pelaksanaannya.


Eksplorasi konten lain dari DatafaktaCom

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan